Kamis, 20 Mei 2010

PENGANGGURAN

Pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Seseorang yang tidak bekerja, tetapi tidak secara aktif mencari pekerjaan tidak tergolong sebagai penganggur. Sebagai contoh, ibu rumah tangga yang tidak ingin bekerja karena ingin mengurus keluarganya tidak tergolong sebagai penganggur.

Berdasarkan kepada faktor-faktor yang menimbulkannya, pengangguran dapat dibedakan kepada tiga jenis, antara lain :

  1. Pengangguran Konjungtur
  2. Pengangguran Struktural
  3. Pengangguran normal atau Pengangguran Friksional

Ketiga jenis pengangguran tersebut dapat dikelompokkan sebagai Pengangguran Terbuka, yaitu dalam periode di mana tenaga kerja menganggur mereka tidak melakukan sesuatupun pekerjaan. Disamping itu di negara-negera berkembang biasa dapat didapati beberapa bentuk pengangguran lain, yaitu :

  1. Pengangguran Tersembunyi
  2. Pengangguran Bermusim
  3. dan Setengah Menganggur
Pengangguran Konjungtur (cyclical unemployment) adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan-perubahan dalam tingkat kegiatan perekonomian. Pada waktu kegiatan ekonomi mengalami kemunduran, perusahaan-perusahaan harus mengurangi kegiatan memproduksinya. Dalam pelaksanaannya hal itu berarti jam kerja dikurangi, sebahagian mesin memproduksi tidak digunakan dan sebahagian tenaga kerja diberhentikan. Dengan demikian kemunduran ekonomi akan menaikkan jumlah dan tingkat pengangguran.

Pengangguran Struktural, pertumbuhan dan perkembangan ekonomi selalu diikuti oleh perubahan struktur dan corak kegiatan ekonomi. Perkembangan perekonomian dalam jangka panjang, misalnya akan meningkatkan peranan sektor industri pengolahan dan mengurangi kegiatan pertambangan dan pertanian. Juga industri-industri rumahtangga dan industri kecil-kecilan akan mengalami kemunduran dan digantikan oleh kegiatan industri yang menghasilkan barang yang sama tetapi menggunakan peralatan yang lebih canggih. Perubahan struktur dan kegiatan ekonomi sebagai akibat perkembangan ekonomi dapat menimbulkan masalah pengangguran yang dinamakan Pengangguran Struktural.

Ada dua kemungkinan yang menyebabkan pengangguran struktural :

  1. Sebagai akibat dari kemerosotan permintaan
  2. Sebagai akibat dari semakin canggihnya teknik memproduksi

Faktor yang kedua memungkinkan sesuatu perusahaan menaikkan produksi dan pada waktu yang sama mengurangi pekerja. Pengangguran yang diakibatkan oleh kemajuan teknik memproduksi dinamakan Pengangguran Teknologi.

Salah satu contoh dari pengangguran struktural yang diakibatkan oleh kemerosotan permintaan adalah pengangguran yang berlaku di kalangan tukang jahit dan tukang sepatu tradisional sebagai akibat perkembangan industri garmen dan sepatu modern.

Pengangguran Normal, apabila dalam suatu periode tertentu perekonomian terus menerus mengalami perkembangan yang pesat, jumlah dan tingkat pengangguran akan menjadi semakin rendah. Pada akhirnya perekonomian dapat mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh, yaitu apabila pengangguran tidak melebihi dari 4 persen. Pengangguran yang berlaku dinamakan Pengangguran Normal. Segolongan ahli ekonomi menggunakan istilah Pengangguran friksional (frictional unemployment) atau Pengangguran Mencari (search unemployment) sebagai ganti istilah pengangguran normal.

Pengangguran normal bukanlah wujud sebagai akibat dari ketidakmampuan mendapatkan pekerjaan. Ia berlaku sebagai akibat dari keinginan untuk mencari kerja yang lebih baik.

Akibat-Akibat Buruk Pengangguran

Kebanyakan ahli-ahli ekonomi berpendapat bahwa pengangguran struktural dan pengangguran normal bukanlah merupakan masalah pengangguran yang perlu dirisaukan. Mereka menganggap pengangguran tersebut timbul sebagai akibat dari berlakunya pertumbuhan ekonomi. Pengangguran normal terutama wujud sebagai akibat dari pertumbuhan ekonomi yang teguh yang mampu meminimumkan tingkat pengangguran dalam perekonomian. Pertumbuhan ekonomi yang cepat mengakibatkan pula perombakan dalam struktur kegiatan ekonomi dan meningkatkan penggunaan teknologi yang lebih canggih. Dengan demikian pengangguran normal dan struktural merupakan pengangguran yang tidak dapat dielakkan.

Pengangguran yang lebih serius masalahnya dan yang menimbulkan berbagai akibat buruk kepada perekonomian dan masyarakat adalah Pengangguran Konjungtur. Pertumbuhan ekonomi yang lambat , yang diselang-seling dengan kemunduran ekonomi (resesi) akan menambah jumlah dan persentasi pengangguran. Keadaan kekurangan kesempatan kerja dan kelesuan kegiatan produksi dan perdagangan akan lebih nyata kelihatan. Pengangguran konjungtor yang serius akan menimbulkan beberapa akibat buruk ke atas kestabilan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Untuk tujuan analisis, akibat buruk dari pengangguran akan dibedakan kepada dua aspek :

  1. Akibat buruk ke atas perekonomian
  2. Akibat buruk ke atas individu dan masyarakat

Akibat Buruk Ke Atas Kegiatan Perekonomian

Setiap negara selalu akan berusaha agar tingkat kemakmuran masyarakat dapat dimaksimumkan dan perekonomian selalu mencapai pertumbuhan ekonomi yang teguh. Tingkat pengangguran yang relatif tinggi tidak memungkinkan masyarakat mencapai tujuan tersebut. Hal ini dapat dengan jelas dilihat dari memperlihatkan berbagai akibat buruk yang bersifat ekonomi yang ditimbulkan oleh masalah pengangguran. Akibat-akibat buruk tersebut dapat dibedakan secara berikut :

  1. Pengangguran menyebabkan masyarakat tidak mamaksimumkan tingkat kemakmuran yang mungkin dicapainya.
  2. Pengangguran menyebabkan pendapatan pajak pemerintah berkurang.
  3. Pengangguran tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi.

Akibat Buruk Ke Atas Individu dan Masyarakat

Pengagguran akan mempengaruhi kehidupan individu dan kestabilan sosial dalam masyarakat. Beberapa keburukan sosial yang diakibatkan oleh pengangguran adalah :

  1. Pengangguran menyebabkan kehilangan mata pencarian dan pendapatan.
  2. Pengangguran dapat menyebabkan kehilangan ketrampilan.
  3. Pengangguran dapat menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik.

Pengangguran Di Negara-Negara Berkembang

Jenis-jenis pengangguran yang telah diterangkan sebelum ini (pengangguran konjungtur, struktural dan normal) adalah pengangguran sepenuh waktu, yaitu para penganggur sama sekali tidak melakukan kerja-kerja yang bersifat mencari nafkah pada waktu mereka tergolong sebagai penganggur. Dengan demikian orang dengan nyata dapat melihat bahwa mereka benar-benar tidak melakukan sesuatu kerja dan dalam keadaan menganggur. Penganggur seperti itu dinamakan Pengangguran Terbuka.

Didalam suatu perekonomian dapat berlaku keadaan di mana segolongan pekerja melakukan pekerjaan-pekerjaan untuk memperoleh pendapatan tetapi pekerjaan itu :

  • Tidak menambah tingkat produksi yang dicapai.
  • Dilakukan di dalam waktu yang singkat sehingga jam kerja mereka adalah jauh lebih sedikit dari jam kerja yang semestinya dilakukan dalam suatu jangka waktu tertentu.
Apabila corak pekerjaan yang dilakukan oleh segolongan tenaga kerja dalam perekonomian itu mempunyai salah satu sifat diatas, maka mereka dapat dipandang juga sebagai penganggur. Pengangguran yang termasuk dalam golongan ini adalah sebagai berikut :
  1. Pengangguran Tersembunyi
  2. Pengangguran Musiman
  3. Setengah Penganggur.

Pengangguran Tersembunyi, apabila dalam sesuatu kegiatan perekonomian jumlah tenaga kerja sangat berlebihan pengangguran bersembunyi atau pengangguran tak kentara dapat berlaku.

Pengangguran Musiman, bentuk pengangguran lain yang sering kali wujud di sektor pertanian di negara-negara berkembang adalah pengangguran musiman. Yang dimaksudkan dengan pengangguran musiman adalah pengangguran yang terjadi pada waktu-waktu tertentu di dalam satu tahun.

Setengah Menganggur, kelebihan penduduk di sektor pertanian di negara-negara berkembang, yang disertai oleh pertambahan penduduknya yang cepat dari tahun ke tahun, telah menimbulakn percepatan dalam proses urbanisasi (perpindahan penduduk dari desa ke kota).

Senin, 10 Mei 2010

ORGANISASI PEMBELAJAR MENUNTUT MANUSIA

YANG MEMILIKI KOMPETENSI GLOBAL

Globalisasi membuat dunia makin “sempit”, aliran tenaga kerja antar negara makin mudah, dan akibat langsungnya adalah lapangan kerja antar negara makin terbuka, artinya persaingan kerja semakin kompetitif. Persaingan akan ditentukan oleh jumlah lapangan kerja yang tersedia dibandingkan dengan jumlah pencari kerja. Indonesia yang berpenduduk lebih dari 200 juta jiwa tentu dapat menyediakan pencari kerja yang sangat banyak. Ini artinya Indonesia membutuhkan lapangan kerja yang cukup banyak, untuk meminimasi tingkat pengangguran. Namun masalahnya, lapangan kerja yang tersedia diperebutkan oleh pencari kerja dari seluruh dunia. Pada kondisi seperti ini tentu akan berlaku hukum : “Siapa negara yang memiliki manusia yang lebih berkualitas akan memenangkan persaingan bisnis global, dan sekaligus akan lebih menarik bagi para pencari kerja global.

Dalam menghadapi tantangan dunia kerja saat ini, tidak cukup hanya membekali para pencari kerja dengan kemampuan akademis semata. Mengapa? Karena, kebanyakan institusi pendidikan formal yang ada di negara kita sampai saat ini, hanya mampu memberikan ppengetahuan dengan cara pendekatan kognitif atau transfer pengetahuan, kurang diimbangi oleh pemberian keterampilan kerja, apalagi menyiapkan perilaku kerja yang baik. Dunia kerja menuntut kompetensi lain yang mengacu kepada profesionalisme. Untuk itu, apa yang sudah diberikan oleh institusi pendidikan formal, perlu dilengkapi oleh institusi pendidikan non formal yang dapat memberikan pendidikan dan pelatihan praktis.

Terkait dengan tuntutan dunia kerja global, minimal terdapat 10 kompetensi (generik) yang harus dimiliki para pekerja global, (Moran dan Riesenberger, 1994), sebagai jaminan untuk dapat bekerja dengan rasa aman dan sejahtera ketika bekerja sebagai karyawan global, yaitu :

  1. Kompetensi lingkungan, yaitu kemampuan memahami lingkungan internasional atau minimal memahami kondisi lingkungan negara dimana ia ditempatkan. Dengan memahami lingkungan kerja tersebut, akan menumbuhkan ketenagakerjaan dan kedamaian dalam bekerja.
  2. Kompetensi analitik, yaitu kemampuan untuk menganalisis peluang pasar , persyaratan, prosedur dan mekanisme kerja di negara dimana ia ditempatkan. Hal tersebut dapat meminimasi kekagetan akibat adanya perubahan peraturan, maupun kebijakan makro yang sering tidak terduga. Dengan memiliki kemampuan analisis ini, minimal mempengaruhi tumbuhnya rasa aman dalam bekerja.
  3. Kompetensi stratejik, yaitu kemampuan menyusun dan mengembangkan stratejik didasarkan analisis ke depan dank e belakang (backward and forward linkages). Hal ini sangat membantu untuk memilih alternative terbaik dalam memanfaatkan setiap peluang bagi jaminan dan kesejahteraan karyawan maupun dirinya.
  4. Kompetensi fungsional, yaitu kemampuan untuk merancang program dalam mengantisipasi setiap peluang dan perubahan yang mungkin terjadi, sehingga dapat terhindar dari dampak negatif yang tidak diinginkan, seperti pemutusan hubungan kerja, perlakuan diskriminatif, atau gaji tidak dibayar. Dengan memiliki kompetensi fungsional, seorang pekerja dapat mendeteksi secara lebih dini dari akibat yang mungkin timbul di masa yang akan datang.
  5. Kompetensi manajerial, yaitu kemampuan untuk mengelola setiap kegiatan, baik kegiatan pemasaran, lobi, maupun negosiasi, sehingga dapat mengantisipasi dengan cepat, tepat dan meminimasi resiko. Kompetensi ini sangat penting untuk menjamin kelangsungan kerja, perpanjangan kontrak kerja maupun kesempatan untuk dapat bekerja lagi di luar negeri.
  6. Kompetensi profesi, yaitu kemampuan menguasai keterampilan secara professional atau keahlian pada suatu bidang tertentu, sehingga dapat dimanfaatkan ketika mencapai purna kerja. Hal ini sangat bermanfaat selain untuk dirinya juga bagi pembangunan nasional.
  7. Kompetensi sosial, yaitu kemampuan untuk menyesuaikan/beradaptasi dengan suasana dan kondisi kerja di negara baru, sehingga mampu menyatu dan mengaktualisasikan diri dengan lingkungan sosial masyarakat maupun di tempat kerja setempat. Hal ini sangat bermanfaat untuk mampu memahami adat istiadat, budaya kerja, hal-hal yang boleh dan tidak boleh atau dilarang di sebuah negara atau bangsa.
  8. Kompetensi intelektual, yaitu kemampuan untuk mengembangkan intelektualitas dan daya nalar, yang sangat dibutuhkan agar mampu beradaptasi dengan tuntutan perubahan, perkembangan ilmu, kemajuan masyarakat dan sebagainya.
  9. Kompetensi individu, yaitu kemampuan untuk mengarahkan dan menggunakan keunggulan yang dimilikinya, baik keunggulan yang terkait dengan ilmu pengetahuan dan teknologi maupun talenta-talenta lain yang dimilikinya.
  10. Kompetensi perilaku (behavior), yaitu kemampuan untuk bersikap terbuka (transparan) dan objektif dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi jabatannya, baik sebagai manajemen atau karyawan global.

Minggu, 09 Mei 2010

PENGANTAR EKONOMI PEMBANGUNAN


PEMBENTUKAN MODAL DAN PEMBANGUNAN EKONOMI

Pembentukkan modal merupakan faktor paling penting dan strategis di dalam proses pembangunan ekonomi, bahkan disebut sebagai kunci utama menuju pembangunan ekonomi. Proses ini berjalan melewati tiga tingkatan, yakni : (1) kenaikan volume tabungan nyata yang tergantung pada kemauan dan kemampuan untuk menabung, (2) keberadaan lembaga kredit dan keuangan untuk menggalakkan dan menyalurkan tabungan agar dapat dialihkan menjadi sesuatu yang dapat diinvestasikan, dan (3) penggunaan tabungan untuk tujuan investasi dalam barang-barang modal pada perusahaan.

Kecenderungan menabung di negara terbelakang atau berkembang biasanya rendah. Salah satu cara untuk meningkatkan tabungan adalah melalui tabungan paksa. Terdapat tiga cara yang dapat ditempuh mengumpulkan tabungan paksa, yakni : pajak, keuangan deficit dan pinjaman dari masyarakat.

Pajak

Pajak (tax) merupakan salah satu metode tabungan paksa yang paling potensial. Pengenaan pajak baru, peningkatan pajak yang ada dan penerapannya secara ketat akan menurunkan pendapatan disposable (pendapatan perorangan yang tersedia untuk dikonsumsi atau diinvestasikan) dan kemudian menurunkan konsumsi domestic. Sedangkan untuk pajak progresif atas pembelanjaan, bunga modal, kekayaan mendadak, rumah mewah dan pendapatan yang tidak dibelanjakan dapat berfungsi sebagai pencegah kemungkinan penggunaan tabungan pada tujuan-tujuan tidak produktif. Metode ini tidak menimbulkan inflasi. Tujuan jalur yang tidak produktif dan mengalihkan ke kantong pemerintah demi pembentukan modal.

Keuangan Defisit

Keuangan defisit adalah suatu instrument penting bagi pembentukkan modal. Dengan menaikan pendapatan dan menurunkan konsumsi nyata, keuangan defisit akan menaikan tabungan masyarakat. Cara ini bersifat inflasioner, sehingga harus ditempuh dalam dosis rendah, kalau tidak kenaikan harga mungkin akan mengakibatkan situasi membelit atau situasi spiral yang merupakan tanda bahaya bagi perekonomian, dimana dengan adanya inflasi, maka malapetaka akan tampil. Jika inflasi tak dapat dikendalikan, maka pada suatu saat akan dapat merusak keseluruhan proses pembangunan.

Pinjaman Dari Masyarakat

Pinjaman dari masyarakat dapat dilakukan dengan cara paksa dan sukarela. Pinjaman masyarakat dengan cara paksa tidak akan berhasil dilakukan di negara-negara terbelakang ataupun negara sedang berkembang yang demokratis. Sedangkan secara sukrela tidak begitu berhasil karena rendahnya potensi menabung, langkanya pasar saham dan uang, serta adanya suku bunga yang cukup tinggi yang mampu menarik para penabung perorangan. Dalam rangka mensukseskan pinjaman dari masyarakat maupun perorangan, sekaligus pembentukkan modal dapat dilakukan berbagai upaya, seperti : pembukaan bank tabungan dan bank komersial, asuransi khususnya yang berkaitan dengan dana pinjaman hari tua atau program jaminan sosial lainnya bagi masyarakat, serta berbagai jenis surat berharga lainnya yang dapat menjadi sarana untuk menanamkan kebiasaan menabung.

Pembuntukkan modal merupakan kunci menuju pembangunan, modal dapat menggantikan peranan buruh dan sumber lainnya. Dengan rasio modal output (capital output ratio) tertentu, pembentukkan modal bisa meningkatkan output yang kemudian memberikan surplus bagi investasi lebih lanjut, dengan demikian akan meningkatkan pula output dan pendapatan.

Masalah yang lebih penting adalah bagaimana dapat menjamin agar investasi dapat disalurkan kejalur yang lebih produktif. Memang secara teoritik, pembentukan modal (investasi) merupakan suatu faktor produksi yang dapat diproduksikan. Hal ini mengandung makna bahwa apabila modal dapat digunakan dengan sebaik-baiknya, maka akan dapat menambah hasil (output) yang lebih banyak lagi.



PERTUMBUHAN PENDUDUK DAN PEMBANGUNAN EKONOMI

Pertumbuhan penduduk merupakan perubahan yang menyebabkan bertambahnya penduduk di suatu wilayah (Negara, daerah kecamatan, desa dan sebagainya).

Berdasarkan kajian empiris, pertambahan penduduk di suatu wilayah disebabkan oleh :

  • Didominasi angka fertilitas (kelahiran).
  • Mortalitas (angka kematian) lebih kecil dari fertilitas.
  • Banyaknya migran yang masuk dari pada yang keluar.
  • Jika fertilitas sama dengan mortalitas, maka terdapat angka migrasi neto yang positif.

Menurut Bakong Suyatno (2006), pertumbuhan penduduk dapat terjadi apabila:

  • Fertilitas lebih tinggi dari pada mortalitas.
  • Mortalitas lebih rendah dari fertilitas, meskipun terdapat migrasi neto positif.
  • Tidak ada migrasi neto.
  • Ada migrasi neto negatif, tetapi tidak cukup besar untuk mengimbangi kelebihan fertilitas.
  • Mortalitas sama dengan fertilitas, namun migran neto positif.

Selanjutnya Ia mengatakan bahwa penurunan jumlah penduduk dapat terjadi apabila :

  • Mortalitas lebih tinggi daripada fertilitas.
  • Tidak ada migrasi neto.
  • Bila migrasi neto positif, tidak dapat menutup kekurangan penduduk akibat mortalitas yang lebih tinggi.
  • Mortalitas lebih rendah daripada fertilitas dan migran neto negatif cukup besar untuk menghapus tambahan penduduk yang disebabkan oleh keseimbangan dari elemen-elemen vital.
  • Mortalitas dan fertilitas sama, namun migran neto adalah negetif.

Dalam teori kependudukan, terdapat komunitas atau kelompok penduduk yang dikategorikan sebagai penduduk produktif dan non produktif. Kelompok penduduk produktif dimaksudkan sebagai kelompok yang dapat menghasilkan barang dan jasa untuk keperluan hidup. Seballiknya yang dimaksudkan dengan kelompok non produktif adalah kelompok yang tak menghasilkan barang dan jasa.

Penduduk Sebagai Modal Pembangunan

Penduduk sebagai modal pembangunan adalah kelompok atau masyarakat yang mempunyai kontribusi terhadap pembangunan, baik dalam skala nasional, regional maupun lokal. Kaitannya dengan uraian diatas, maka unsur-unsur yang termasuk dalam kategori penduduk sebagai modal pembangunan adalah manusia (penduduk) yang produktif, manusia pekerja dan manusia bermoral (etis).

Setiap aktivitas menunjukkan dampak positif terhadap kegiatan pembangunan. Sebagai contoh dari segi ekonomi bahwa setiap aktivitas dapat membawa keuntungan (peningkatan output) bagi kepentingan pembangunan.

Penduduk Sebagai Beban Pembangunan

Seperti diungkapkan di atas, bahwa penduduk sebagai modal pembangunan adalah kelompok atau masyarakat yang mempunyai kontribusi terhadap pembangunan, baik dalam skala nasional, regional maupun lokal.

Sebaliknya apabila penduduk yang tidak produktif, tidak bekerja (pengangguran) dan tidak bermoral, maka kategori penduduk tersebut diistilahkan sebagai beban pembangunan.

Pengangguran merupakan indikator yang sangat berpengaruh terhadap pembangunan ekonomi, dikarenakan yang dikategorikan pengangguran dapat bermakna, disamping ia tidak menghasilkan barang dan jasa, juga dapat menguras hasil yang diperoleh pekerja. Di samping itu, perilaku pengangguran dalam masyarakat sering menciptakan ketidakstabilan (kekacuan).

Pertumbuhan penduduk yang terjadi dapat berdampak positif dan negatif terhadap pembangunan ekonomi tergantung dari produktif dan non produktif suatu penduduk. Jika semakin besar pertumbuhan penduduk dan diikuti dengan non produktif maka akan memperlampat pembangunan ekonomi suatu Negara. Begitu juga sebaliknya jika pertumbuhan penduduk diiringi dengan penduduk yang produktif maka akan membantu dalam pembangunan ekonomi.



TEORI PERTUMBUHAN SEIMBANG

Pada teori pembangunan berimbang (balanced development theory) yang sering juga disebut dengan The Big Push Theory, semua sektor baik sektor pertanian, pertambangan dan galian industri, kontruksi ataupun sektor jasa dan lain-lain, secara keseluruhan dibangun dalam suatu tahap.

Tujuan akhir dari pada teori ini adalah untuk dapatnya menciptakan suatu lompatan dari kondisi keseimbangan tertentu dibidang perekonomian kearah keadaan keseimbangan lain di bidang perekonomian pada tingkat yang jauh lebih tinggi.

Dalam kenyataannya teori ini hanya sesaui untuk negara-negara yang telah maju, misalnya saja untuk mengatasi masalah stagnasi dalam perekonomian pada suatu saat tertentu. Teori pembangunan sektoral secara berimbang ini banyak mengandung kelemahan antara lain :

  • Dalam pembangunan berimbang diperlukan suatu lembaga perencanaan sentral yang cukup kuat dan tangguh. Dapat dibayangkan mampukah seorang ataupun sekelompok perencana mengambil suatu keputusan yang tepat dalam masalah yang kompleks dan serba heterogen dalam proses perekonomian tersebut.
  • Dalam melaksanakan program pembangunan berimbang tersebut perlu suatu jumlah permodalan baik yang berupa kapital, tenaga, innovator, entrepreneur, managerial maupun kelembagaan yang cukup banyak dan kuat. Dalam kenyataannya berbagai faktor tersebut di atas adalah khususnya di negara-negara yang sedang berkembang.
  • Keberhasilan teori ini baik di USA ternyata telah memakan waktu lebih dari setengah abad.



TEORI PERTUMBUHAN TIDAK SEIMBANG

Sebaliknya dalam teori pembangunan tidak berimbang (unbalanced development theory), investasi penggunaannya dikosentrasikan pada suatu atau beberapa sektor perekonomian mengingat akan terbatasnya dana serta faktor produksi. Investasi tersebut pada umumnya akan ditunjukkan pada sektor yang bersifat intensif dalam penggunaan tenaga kerja serta relatif kecil akan kebutuhan modal.

Disamping itu tipe pembangunan macam ini lebih mengutamakan pada asas efek complementaitas yang tinggi dalam proses aktivitas perekonomian. Namun demikian untuk memilih satu atau beberapa sektor pendobrak dari keterbelakangan ini tidak mudah. Untuk ini diperlukan kecermatan serta tingkat kecerdasan dan tingkat intuisi yang cukup peka terhadap medan sektoral yang akan dibangun.

Keuntungan bagi pembangunan tak berimbang ini antara lain, yaitu :

  • Investasi yang diperlukan jumlahnya tidak sedemikian besar seperti bila dibandingkan dengan kebutuhan investasi pada pembangunan berimbang.
  • Keperluan akan tenaga perencana pelaksana dan pengawasan pembangunan serta penambahan lembaga pengelola administrative pembangunan tidak sebanyak serta sekompleks seperti pada pembangunan berimbang, sehingga keputusan dapat diambil secara cepat dan mendekati ketepatan.
  • Pembangunan tidak berimbang dapat direncanakan dengan system disentralisasi yang lebih luas.
  • Dapat dimanfaatkan oleh negara yang sedang berkembang.

DATA PDB NASIONAL TAHUN 2000-2008


DATA PDB NASIONAL

ATAS DASAR HARGA BERLAKU (Miliar Rp)

TAHUN 2000-2008

TAHUN

NILAI

2000

1.389.769,6

2001

1.684.280,5

2002

1.863.275

2003

2.013.675

2004

2.295.826

2005

2.774.281

2006

3.339.217

2007

3.949.321

2008

4.954.028,9


DATA PDB NASIONAL

ATAS DASAR HARGA KONSTAN (Miliar Rp)

TAHUN 2000-2008

TAHUN

NILAI

2000

1.389.769,6

2001

1.442.984,6

2002

1.506.124,4

2003

1.577.171

2004

1.656.517

2005

1.750.815

2006

1.847.127

2007

1.909.091,8

2008

2.082.103,7


DATA INFLASI NASIONAL (%)

TAHUN 2000-2008

TAHUN

NILAI (%)

2000

3,8

2001

11,5

2002

11,8

2003

6,8

2004

10,5

2005

13,1

2006

6,3

2007

6,2

2008

9,8


DATA NASIONAL

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT)

TAHUN 2000-2008

TAHUN

NILAI

2000

-

2001

8.1

2002

9.06

2003

9.67

2004

9.86

2005

10.26

2006

10.28

2007

9.11

2008

8.46

EKONOMI SUMBER DAYA MANUSIA DAN KETENAGAKERJAAN

Ekonomi Sumber Daya Manusia adalah ilmu ekonomi yang diterapkan untuk menganalisis pembentukan dan pemanfaatan sumber daya manusia yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi.

Ruang lingkup ekonomi sumber daya manusia antara lain meliputi : dinamika kependudukan, ketenagakerjaan, struktur ketenagakerjaan, sektor informal-formal, transisi kependudukan, mobilitas dan migrasi penduduk, permintaan dan penawaran tenaga kerja, pekerja anak, perencanaan ketenagakerjaan, serta penduduk dan pembangunan ekonomi.

Menurut jenis kegiatannya penduduk dapat dikategorikan dalam 2 kelompok, yaitu :
  1. Bukan Tenaga Kerja
  2. Tenaga Kerja
Sedangkan untuk Tenaga Kerja itu sendiri terbagi juga atas 2, yaitu :
  1. Bukan Tenaga Kerja
  2. Angkatan Kerja
Sumber daya manusia secara ekonomi, terbagi atas 2 kelompok, yaitu :
  • Riel (Sudah terlibat dalam menghasilkan barang dan jasa).
  • Potensial (belum terlibat dalam menghasilkan barang dan jasa).
PERTUMBUHAN PENDUDUK

Rumus perhitungan pertumbuhan penduduk, sebagai berikut :
Pn = Po (1 + r )t
yang mana :
Po = Penduduk pada tahun awal
Pn = Penduduk pada tahun akhir
t = Jumlah tahun / Periode
r = Angka pertumbuhan

DINAMIKA KEPENDUDUKAN

Terdapat 3 komponen dalam dinamika kependudukan antara lain :
  1. Kelahiran (fertilitas)
  2. Kematian (mortalitas)
  3. Migrasi (migration)
Fertilitas sebagai demografi diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari seorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Sebaliknya, fekunditas merupakan potensi fisik untuk melahirkan anak. Jadi merupakan lawan arti kata sterilitas.

Ukuran-ukuran fertilitas, antara lain :
  1. Angka kelahiran kasar (crude birth rate / CBR).
  2. Angka kelahiran menurut kelompok umur (age specific fertility rate / ASFR).
  3. Angka kelahiran total (total fertility rate / TFR).
Mortalitas merupakan salah satu di antara tiga komponen demografi yang dapat mempengaruhi perubahan penduduk. Ada berbagai macam ukuran kematian dipakai sekaligus guna mencerminkan keadaan kematian penduduk secara keseluruhan.

Ukuran-ukuran mortalitas, antara lain :
  1. Angka kematian kasar (crude death rate / CDR).
  2. Angka kematian menurut umur (age specific death rate / ASDR).
  3. Angka kematian bayi (infant mortality rate / IMR).
Sedangkan Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain melampui batas politik/negara ataupun batas administratif dalam suatu negera.

Ukuran-ukuran migrasi, antara lain :
  1. Angka migrasi masuk
  2. Angka migrasi keluar
  3. dan Angka migrasi neto

Sabtu, 08 Mei 2010

BOMBANA DALAM ANGKA TAHUN 2008

Banyaknya Penduduk Miskin dan Persentase Penduduk Miskin

Tahun 2007-2008

Tahun

Penduduk Miskin

Persentase

2007

23.600

20.51

2008

21.790

18.25


Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin

Tahun 2008

Kecamatan

Jumlah

Kabaena

2.725

Kabaena Utara

3.505

Kabaena Selatan

2.703

Kabaena Barat

6.359

Kabaena Timur

6.102

Kabaena Tengah

2.804

Rumbia

5.456

Mata Oleo

6.352

K. Masaloka Raya

2.889

Rumbia Tengah

3.407

Rarowatu

2.917

Rarowatu Utara

4.547

Lantari Jaya

5.868

Mata Usu

1.007

Poleang Timur

8.591

Poleang Utara

8.265

Poleang Selatan

4.318

Poleang Tenggara

3.265

Poleang

13.266

Poleang Barat

9.156

Tontanunu

3.018

Poleang Tengah

3.363

Jumlah

109.883


Penduduk Usia 15 Tahun ke atas Menurut Jenis Kegiatan

Dan jenis Kelamin Tahun 2008

Jenis Kegiatan

Jumlah

Angkatan kerja

56.276

Bekerja

54.658

Mencari pekerjaan

1.618

Bukan angkatan kerja

20.524

Sekolah

4.412

Mengurus rumah tangga

13.253

Lainnya

2.859

Jumlah

76.800

Pekerja terhadap

angkatan kerja (%)

97,12

Angkatan kerja terhadap

penduduk 15 tahun ke

atas (TPAK) (%)

78,28


Penduduk Berumur 15 tahun ke atas

Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin

Tahun 2008

Lapangan Usaha

Jumlah

Pertanian

38.054

Pertambangan, Industri, Listrik, Gas, Air dan Bangunan

4.989

Perdagangan, Angkutan, Keuangan, Jasa Perusahaan, dan Jasa Perorangan

12.615

Jumlah/Total

54.658